Waktu, Mahjong, dan Pesan Terakhir
Saya baca ulang pesan terakhir turis asal Brasil itu sambil duduk di warung seberang minimarket, nunggu kopi panas yang entah kenapa hari itu lambat sekali jadi.
Isinya singkat. Foto awan tipis di antara bebatuan, lalu kalimat samar: I think I took the wrong turn but it’s still beautiful.
Selang dua hari, kabar pencarian muncul. Gunung Rinjani dingin. Kabut turun lebih cepat. Tak ada sinyal. Beberapa pendaki bilang mereka dengar teriakan, tapi tidak jelas dari arah mana.
Di sela-sela pencarian itu, muncul notifikasi di HP saya. Grup diskusi Mahjong Ways 2 ramai. Katanya scatter hitam lagi sering muncul. Beberapa pemain sudah tarik cuan besar. Skema gacor sedang bagus-bagusnya.
Ironi memang datang diam-diam.
Ketika Dunia Digital Tak Peduli Langkah Nyata
Di dunia Mahjong, scatter hitam dipercaya sebagai pertanda baik. Tiga kali muncul, uang masuk deras. Empat kali, orang bisa lupa pagi hari.
Beberapa bilang scatter itu bukan soal keberuntungan murni. Ada jam tertentu. Ada pola. Ada hari di mana kemenangan lebih mudah dicapai. Bahkan sempat ada yang bilang, jika dimainkan saat gerhana, peluang jackpot lebih tinggi. Tidak tahu dari mana teori itu datang.
Tapi begitulah. Dunia digital memang tidak butuh logika yang terlalu kaku.
Saat sebagian orang sibuk tarik koin dari layar penuh karakter Cina berkumis, di puncak Rinjani, tubuh manusia kehilangan arah.
Skema Gacor dan Jalan Menurun
Saya kenal satu orang yang tiap malam mencatat jam munculnya scatter hitam. Sudah tiga bulan ini ia rutin bikin tabel. Ada diagram batang, ada kode warna. Ia bahkan sempat bilang ke saya, kalau menang terus, mungkin bisa pergi ke Jepang.
Namun, tak semua jalan naik ke atas. Ada kalanya, seperti di Rinjani, jalur yang terlihat aman justru membawa turun.
Skema gacor itu mirip. Terlihat masuk akal, tapi kalau diteruskan tanpa jeda, bisa bikin lupa daratan.
Turis dari Brasil itu mungkin juga merasa jalan di depannya masih indah, meski tersesat. Sama seperti banyak pemain Mahjong yang merasa masih ada harapan, meski saldo menipis.
Antara Puncak dan Kekosongan
Gunung selalu punya cara menegur. Kadang lewat hujan tiba-tiba, kadang lewat kabut yang menelan jejak.
Mahjong juga begitu. Kadang memberi sinyal palsu. Tiba-tiba scatter muncul dua kali, lalu tak ada kelanjutan. Kemenangan seolah dekat, padahal hanya ilusi.
Saya pikir, tidak banyak beda antara orang yang berdiri sendirian di lereng gunung tanpa sinyal, dan pemain yang menunggu kemenangan dalam kesepian tengah malam. Keduanya menanti arah. Keduanya berharap ada keajaiban.
Layar, Langkah, dan Logika yang Pudar
Kita hidup di zaman aneh. Di satu sisi, bisa bicara soal algoritma, pola statistik, prediksi simbol. Tapi di sisi lain, masih percaya pada firasat. Masih cari jam hoki, masih percaya koin digital bisa ganti nasib.
Sementara itu, tubuh manusia bisa lenyap begitu saja. Turis Brasil itu, mungkin hanya butuh lima langkah lagi untuk selamat. Tapi arah sudah kabur, langit terlalu senyap.
Mahjong Ways 2 tidak salah. Ia hanya refleksi zaman. Orang ingin hiburan, ingin harapan, ingin pelarian dari tekanan hidup yang makin sering datang tiba-tiba.
Tapi saat seseorang jatuh di gunung, hilang sendirian, dan kita masih sibuk mengejar scatter hitam, rasanya ada yang perlu ditata ulang.
Penutup Tanpa Simpulan
Saya matikan layar. Tutup grup. Pandang langit sebentar.
Tak semua hal harus ditangkap dengan strategi. Tak semua perjalanan bisa dibantu grafik.
Kadang, kita cuma perlu berhenti. Dengarkan kabut. Hargai hilang. Simpan HP.
Dan pelan-pelan belajar: tak semua kemenangan harus datang dari layar yang bercahaya.